DIFTERI adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang
selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi
kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi
mengancam jiwa.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama
bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri.
Staf Divisi Ilmu Infeksi Anak RSHS Bandung, Anggraeni Alam
menghimbau, jika sudah terlihat gejala-gejala Diferti segera dilakukan tindakan
komprehensif. Pasalnya, kemungkinan
meninggal dunia akibat suspect bakteri itu tinggi. "Satu dari dua pengidap
Difteri beresiko kematian jika tak ditangani langsung,” ujarnya.
Dia pun mengingatkan kepada pihak RSUD dan swasta agar ikut
terlibat menangani penyakit Difteri ini. Menurutnya, anti-toksin (obat) dan
penanganan lainnya sudah ditanggung Dinas Kesehatan (Dinkes).
“Semua harus terlibat dalam penanganan dan penyembuhan
penyakit ini, khususnya pencegahan dengan imunisasi," tandasnya.
Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:
- Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
- Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
- Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh
sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati. Sel-sel
yang mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada
tenggorokan. Di samping itu, racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar
dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.
Difteri umumnya memiliki masa inkubasi atau rentang waktu
sejak bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul 2 hingga 5 hari.
Gejala-gejala dari penyakit ini meliputi:
- Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel.
- Demam dan menggigil.
- Sakit tenggorokan dan suara serak.
- Sulit bernapas atau napas yang cepat.
- Pembengkakan kelenjar limfe pada leher.
- Lemas dan lelah.
- Pilek. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi kental dan terkadang bercampur darah.
Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah
penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak.
Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal
dunia akibat komplikasi difteri.(*)
0 comments: