BANDUNG – Pemerintah kecolongan. Setelah puluhan tahun tak terdengar kasusnya, wabah penyakit difteri kini menerjang. 18 kabupaten/kota di Jawa Barat sudah terpapar. Dari 116 kasus, 13 jiwa sudah melayang.
Penyakit akibat
bakteri Corynebacterium Diphteriae itu menyerang selaput lendir pada hidung dan
tenggorokan serta terkadang dapat mempengaruhi kulit.
"Penyakit ini menyerang balita dewasa bahkan lanjut
usia," ucap Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS Bandung, Djatnika
Setiabudi, Selasa, (5/12).
Selama periode 2016-2017, RSHS Bandung sudah menangani 20
pasien pengidap Difteri. Tiga pasien di antaranya telah dilakukan operasi dan
dua orang dinyatakan meninggal dunia.
"Beberapa pasien yang bertahan telah menjalani
terakeostomi hingga tahap pemulihan," terangnya.
Adapun pasien yang dinyatakan sembuh adalah pasien yang
telah melewati masa isolasi hingga pantauan tim medis menyatakan penyakit
Difteri pada tubuh korban sudah dinyatakan negatif.
“Pasien dinyatakan negatif ketika ia sudah tak menunjukan
gejala-gejala Difteri lagi,” kata Djatnika.
Gejala-gejala yang terjadi antara lain seperti pembengkakan
leher,demam, sakit tenggorokan dan selaput yang muncul di area tenggorkan
berwarna putih. “Untuk memulangkan pasien Difteri ini, tim medis harus
benar-benar teliti dan hati-hati,” paparnya.
Menurutnya, penanganan penyakit Difteri tidak hanya kepada
korban melainkan sejumlah orang yang pernah melakukan kontak secara langsung
dengan pasien. "Harus diperiksa,
diberikan antibiotik profilaksis, dan dilengkapi imunisasinya," jelasnya.
Djatnika menyayangkan masih kurangnya pengetahuan masyarakat
ihwal pentingnya imunisasi atau vaksinisasi. Padahal, manfaat dari imunisasi
salah satunya mencegah penyakit Difteri.
"Masih banyak masyarakat yang kurang paham soal
penyakit ini dan penanganannya, bahkan tak jarang banyak yang menolak untuk
divaksin,” ujarnya.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Jawa Barat ini membuat
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar menginstruksikan Dinkes Jabar untuk segera
menangani dan mencegah wabah penyakit itu. Pria yang akrab disapa Demiz ini pun
meminta masyarakat untuk aktif melaporkan kejadian Difteri dan aktif menjaga
lingkungan serta menerapkan pola hidup sehat.
“Hampir 45 persen, penyakit
itu disebabkan faktor lingkungan hidup. (Dinkes) Harus segera tangani. Sediakan
obatnya, sediakan tenaga medisnya,” kata Demiz saat ditemui usai menjadi
pembicara seminar kehumasan di Bandung. (*)
0 comments: