Kamis, 11 Januari 2018

Berbagai Drama Di Gelanggang Pilgub Jawa Barat

PENDAFTARAN bakal calon kepala daerah untuk Pemilukada serentak 2018 sudah dimulai 8-10 Januari lalu. Itu artinya, negosiasi, tawar menawar antar partai politik yang berkoalisi dan antara calon dengan parpol pengusungnya untuk mendapatkan tiket, sudah selesai.
sumber: istimewa
Di Pilgub Jawa Barat, ada empat kandidat, yang jika lolos tahapan seleksi administrasi dan kesehatan, akan segera menjadi pilihan warga. Mereka yaitu, (1) Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang diusung koalisi PPP-Nasdem-PKB-Hanura, kemudian (2) Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, diusung koalisi sejajar Golkar-Demokrat, (3) Sudrajat-Syaichu, PKS-Gerindra-PAN, serta yang terakhir (4) TB Hasanudin-Anton Charliyan, yang diusung PDIP tanpa koalisi.
Dengan demikian ada 8 figur cagub/cawagub yang selama sekitar 4 bulan ke depan berkampanye, berkeliling menemui pemilih,  terpampang di baligo, dibicarakan media, dan sebagainya, hingga kemudian pada tanggal 25 Juni 2018, pemilih Jawa Barat, di bilik suara memilih satu pasangan untuk jadi pemimpinnya.
Dari 8 figur tersebut, 2 di antaranya adalah adalah purnawirawan jenderal TNI, dan 1 orang mantan jenderal polisi. Dan tentu saja tidak lupa, ada “Sang Jenderal Nagabonar”, wagub petahana, yang kini maju di posisi Cagub.
Pertarungan di Jawa Barat memang menarik. Proses komunikasi politik sebelum pendaftaran dibumbui berbagai drama. Dimulai ketika Nasdem yang hanya punya modal 5 kursi di DPRD Jawa Barat, dengan gagah berani mendeklarasikan Ridwan Kamil di bulan Maret 2017, kemudian keputusan Golkar mencabut dukungan kepada Ridwan Kamil, ributnya partai dalam satu koalisi tapi berebut posisi cawagub, hingga keputusan final PDIP yang bersikukuh tidak mau berkoalisi, maju sendiri mengandalkan kader sendiri.
Pertanyaannya, mengapa di Jabar begitu heboh?
Secara geografis, Jawa Barat adalah propinsi berbatasan dengan DKI Jakarta. Propinsi ini secara strategis menjadi penyangga ibukota. Apa yang terjadi di Jakarta, sedikit atau banyak, akan mengimbas Jabar.
Kemudian, Jabar juga adalah propinsi dengan jumlah pemilih paling banyak di Indonesia, sehingga sangat menentukan dalam percaturan politik nasional, baik untuk pemilu legislatif, maupun pemilu presiden, yang akan dilaksanakan serentak setahun kemudian. Asumsinya, siapa yang menguasai Jawa Barat, berarti sudah mengantongi seperempat kemenangan.
Hal yang juga membuat pertarungan Pilgub Jabar kali ini begitu semarak adalah tidak majunya gubernur petahana Ahmad Heryawan. Ini karena Aher, sudah dua periode menjabat sebagai gubernur. Tidak majunya Aher, membuat persaingan relatif terbuka. Seluruh paslon berangkat dari “modal” politik yang sama.
Namun satu hal yang pasti, Pilkada Jabar 2018 ini bakal menentukan masa depan Jabar dalam lima tahun ke depan. Perlu bagi kita mencermati peta koalisi yang bakal terjadi, peluang tiap kubu, dan apa implikasinya untuk warga Jabar.  Jangan sampai menyesal. ***

Simak Cerita Koalisi Pilgub di Bawah ini;
  1. Kisah Dramatis Koalisi Ridwan Kamil
  2. Ada Reuni Pilkada DKI di Pilgub Jabar
  3. Kisah Mesra Double DM
  4. Banteng Lebih Banyak Diam namun Membuat Langkah Kuda

0 comments: